Kamis, 22 Desember 2011

pemikiran muhammad iqbal mengenai pendidikan

BAB I

LATAR BELAKANG MUHAMMAD IQBAL

A. PENDAHULUAN

Dr. Sir Muhammad Iqbal, penyair, pujangga dan filosof besar abad ke-20, dilahirkan di Sialkot, Punjab, Pakistan pada 9 Nopember 1877.[1] Sosoknya memang fenomenal. Lebih dari siapa pun, Iqbal telah merekonstruksi sebuah bangunan filsafat Islam yang dapat menjadi bekal individu-individu Muslim dalam mengantisipasi peradaban Barat yang materialistik ataupun tradisi Timur yang fatalistik. Jika diterapkan maka konsep-konsep filosofis Iqbal akan memiliki implikasi-implikasi kemanusiaan dan sosial yang luas.[2]

Di dalam kehidupannya Iqbal berusaha secara serius terhadap perumusan dan pemikiran kembali tentang Islam. Meskipun Iqbal tidak diberi umur panjang tapi lewat tarian penanyalah yang menghempaskan bangunan unionist dan meratakan jalan untuk berdirinya Pakistan, memang pena lebih tajam dari pada pedang. Ia berpendapat bahwa kemunduran ummat Islam selama lima ratus tahun terakhir disebabkan oleh kebekuan dalam pemikiran.[3]3 konkritnya bahwa pintu Ijtihad telah ditutup. Sehingga umat Islam hanya bisa puas dengan keadaan yang sekarang didalam kejumudan.Iqbal ingin berjuang untuk martabat bangsa dan umatnya. Saat itu, bangsa Muslim berada dalam kemunduran dan penjajahan Barat. Iqbal merasa terpanggil untuk memperbaiki nasib bangsa dan umatnya itu, salah satunya dengan pembaharuan pemikiran Islam agar kontekstual dengan jiwa zaman saat itu. “Sesungguhnya sudah masanya bagi kita saat ini untuk memelihara asas-asas Islam,” serunya. Dalam makalah ini, penulis mencoba mengangkat seorang pemikir, pujangga, pembaharu Islam Iqbal yang bukan saja berpengaruh di negerinya Pakistan tapi juga di Indonesia sendiri. Disini penulis menitik beratkan pada pemikirannya di bidang Pendidikan Islam.

B. LATAR BELAKANG

Muhammad Iqbal lahir di sebuah kota bernama Sialkot, sebuah kota peninggalan Dinasti Mughal India pada tanggal 22 Februari 1873. Ayahandanya Syaikh Nur Muhammad memiliki kedekatan dengan kalangan Sufi. Karena kesalehan dan kecerdasannya, penjahit yang cukup berhasil ini dikenal memiliki perasaan mistis yang dalam serta rasa keingintahuan ilmiah yang tinggi. Tak heran, jika Nur Muhammad dijuluki kawan-kawannya dengan sebutan "Sang Filosof tanpa guru" (un parh falsafi). Iqbal berasal dari keluarga miskin, dengan mendapatkan beasiswa dia mendapat pendidikan bagus. Keluarga Iqbal berasal dari keluarga Brahmana Kashmir yang telah memeluk agama Islam sejak tiga abad sebelum kelahiran Iqbal, dan menjadi penganut agama Islam yang taat.

Pada tahun 1895 Iqbal menyelesaikan pelajarannya di Scottish dan pergi ke Lahore. salah satu kota di India yang menjadi pusat kebudayaan, pengetahuan dan seni. Di kota ini ia bergabung dengan perhimpunan sastrawan yang sering diundang musyara'ah, yakni pertemuanpertemuan di mana para penyair membacakan sajak-sajaknya. Ini merupakan tradisi yang masih berkembang di Pakistan dan India hingga kini. Di kota Lahore ini, sambil melanjutkan pendidikan sarjananya ia mengajar filsafat di Government College. Pada tahun 1897 Iqbal memperoleh gelar B.A., kemudian ia mengambil program M.A. dalam bidang filsafat. Pada saat itulah ia bertemu dengan Sir Thomas Arnold. orientalis Inggris yang terkenal yang mengajarkan filsafat Islam di College tersebut. Antara keduanya terjalin kedekatan melebihi hubungan guru dan murid, sebagaimana tertuang dalam sajaknya Bang-I Dara.[4]4 Dengan dorongan dan dukungan dari Arnold, Iqbal menjadi terkenal sebagai salah satu pengajar yang berbakat dan penyair di Lahore. Sajak-sajaknya banyak diminati orang. Pada tahun 1905, ia belajar di Cambridge pada R.A. Nicholson, seorang spesialis dalam sufisme, dan seorang Neo-Hegelian, yaitu Jhon M.E.McTaggart. Iqbal kemudian belajar di Heidilberg dan Munich. Di Munich ia menyelesaikan doktornya pada tahun 1908 dengan disertasi, The Development of Metaphysics in Persia.(disertasi ini kemudian diterbitkan di London dalam bentuk buku, dan dihadiahkan Iqbal kepada gurunya, Sir Thomas Arnold). Setelah mendapatkan gelar doktor, ia kembali ke London untuk belajar di bidang keadvokatan sambil mengajar bahasa dan kesusastraan Arab di Universitas London. Selama di Eropa Iqbal tidak pernah bosan menemui para ilmuwan untuk mengadakan berbagai perbincangan tentang persoalan-persoalan keilmuan dan kefilsafatan. Ia juga memperbincangkan Islam dan peradabannya. Di samping itu Iqbal memberikan ceramah dan berbagai kesempatan tentang Islam. Isi ceramahnya tersebut dipublikasikan dalam berbagai penerbitan surat kabar. Ternyata setelah menyaksikan langsung dan mengkaji kebudayaan Barat, ia tidak terpesona oleh gemerlapan dan daya pikat kebudayaan tersebut. Iqbal tetap concern pada budaya dan kepercayaannya.

C. KARYA-KARYANYA

Karya Iqbal cukup banyak dan bervariasi. Ada karyanya yang berbentuk. prosa, puisi, surat-surat jawaban pada orang lain yang mengritiknya atas berbagai konsep, dan pengantar karya orang lain. Bahasa yang digunakan Iqbal dalam mengekspresikan gagasan-gagasannya pun bervariasi pula seperti: bahasa Arab, bahasa Urdu, bahasa Persi, dan bahasa Inggris. Berikut ini beberapa karya-karya Iqbal:

* § The Development of Metaphysic in Persia adalah karya disertasinya yang terbit pada tahun 1908 di London. Isi pokok buku itu adalah deskripsi mengenai sejarah pemikiran keagamaan di Persia sejak Zoroaster hingga sufisme Mulla Hadi clan Sabzawar yang hidup pada abad 18. Pemikiran keagamaan sejak yang paling kuno di Persia hingga yang terakhir merupakan kesinambungan pemikiran islamis, bagian kedua menjelaskan kebudayaan Barat clan berbagai manifestasinya, clan bagian ketiga menjelaskan munculnya Islam hingga peran Turki dalam Perang Dunia Pertama dan kemenangan Turki dalam perang kemerdekaan dari tekanantekanan Barat. Artinya, pemikiran keagamaan Mulla Hadi dan Sabzawar tetap mempunyai akar Zoroasterianisme.

* § Rumuz-i Bikhudi diterbitkan oleh pengarangnya pada tahun 1918 di Lahore. Bahasa Persia

* sebagai pengantar buku tersebut. Buku ini merupakan kelanjutan pemikiran mengenai insan kamil. Insan kamil harus bekerja sama dengan pribadi-pribadi lain untuk mewujudkan kerajaan Tuhan di bumi. Jika insan kamil hidup menyendiri, tenaganya suatu waktu akan sirna. Arti leksikal Rumuz-i Bikhudi adalah simbol peniadaan diri.

* § Bang-i Dara terbit di Lahore pada tahun 1924. Bahasa yang digunakan dalam buku ini adalah bahasa Urdu. Arti harfiah judul buku itu adalah Genta Lonceng. Secara keseluruhan buku ini dibagi tiga bagian. Bagian pertama buku ini bertemakan nasionalistik dan patriotik yang bercorak humanis.

* § Tulisan Iqbal terbesar dalam bidang filsafat dan berbentuk prosa adalah TheReconstruction

* of ReligiousThought in Islam. Buku ini terbit di London pada tahun 1934. Ada tujuh bagiandalam buku ini,yaitu: (1) pengalaman dan pengetahuan keagamaan, (2) pembuktian secara filosofis mengenai pengalaman keagamaan, (3) konsepsi tentang Tuhan dan makna sembahyang, (4) tentang ego-insani, kemerdekaan dan keabadiannya, (5) jiwa kebudayaan Islam, (6) prinsip gerakan dalam struktur Islam, dan (7) bahwa agama itu bukan sekedar mungkin, tetapi pasti ada sebagai kritik terhadap Hegel, filsuf besar idealisme Jerman.

* § Javid Namah (Kitab Keabadian) tertulis dalam bahasa Persia, terkecil pada tahun 1932 di Lahore. Buku ini menjelaskan tentang petualangan rohani ke berbagai planet. Pengarang buku ini mengadakan dialog dengan para pemikir, sufi, fiiosof, politikus, maupun pahlawan. Bagian akhir buku ini berisi pesan-pesan kepada anaknya dan generasi baru.

* § Zarb-i Kalim (Pukulan Nabi Musa) terbit dalam bahasa Urdu di Lahore pada tahun 1937. Pengarang menggambarkan tentang: Islam, wanita, politik, dan seni rupa.

* § Koleksi-koleksi syair yang tidak diterbitkan oleh pengarangnya sendiri, kemudian koleksikoleksi tersebut diterbitkan oleh orang lain. Karya Iqbal dalam bentuk ini antara lain: Kulliyat-i Iqbal, Baqiyyat-i Iqbal, Rakh-i Safar, Sette Poisie-Ine dite de Muhammad Iqbal. ,Islahat-i Iqbal; Iqbal ke Bazi Nazmun ke Ibtida'imen, There Poems of Iqbal, Surut-i Rafta ,Akhbar-i Iqbal

* § Adapun karya Iqbal dalam bentuk artikel dan sambutan-sambutan kata-kata pengantar terhadap karya-karya orang lain. Karya Muhammad Iqbal seperti itu antara lain:Doctrine of Absolute Unity as Explained, 􀂳􀂶Ilm-i Iqtishad􀂴 (ilmu ekonomi),􀂳Islam and Khilafat􀂴, 􀂳Urdu Zaban Panjab men􀂴, 􀂳Islam as a Moral and Political Ideal/1909. Stray Reflections a Note Book of Allama Iqbal, Political Thought in Islam ,􀂳Our Prophet's Criticism of Cotemporary Arabic Poetry􀂴􀀏􀂳Urdu Coure􀂴 1924,􀂳Note on Muslim Democracy􀂴, 􀂳Self in the LightRelativity􀂴 1925,Indian Review 1927 , dll

* § Koleksi-koleksi artikel dan kumpulan surat-surat Iqbal. Bentuk karya yang demikian ini antara lain: Madamin-i Iqbal,Speeches and Statement of. 1945, Maktubat-i Iqbal, Letters of Iqbal to Jinnah, Iqbal letters to Atiya Begum, Makatib-i Iqbal.[5]


BAB II

PEMBAHASAN

PEMIKIRAN MUHAMMAD IQBAL DI BIDANG PENDIDIKAN

A. TUJUAN PENDIDIKAN ISLAM.

Devinisi Pendidikan menurut Muhammad Iqbal, bahwa pendidikan merupakan daya budaya yang mempengaruhi kehidupan perorangan maupun kelompok masyarakat untuk membentuk manusia mukmin sejati atau yang biasa disebut dengan Insan Kamil. M.Iqbal menggambarkan manusia yang ideal atau sejati itu melalui hasil karya-karyanya. Dalam filsafatnya dijelaskan ada beberapa ciri manusia yang ideal, di antaranya:

a) Hidup yang baik adalah hidup yang penuh usaha dan perjuangan, usaha itu tersebut hendaknya bersifat kreatif dan orisinil. Sebagaimana tertulis dalam syairnya :

Bila anda ingin melihat dunia sementara ini,

Bila anda ingin beralih dari ketiadaan kepada keberadaan,

Bertahanlah!

Jangan mudah anda lenyap seperti kilatan cahaya sekejap!

Pupuk keberanian bersusah payah

agar berhasil meraih lumbung penuh melimpah

Bila andamemiliki sinar matahari

Beranilah menjelajah langit lazuardi![6]

b) Orang yang baik hendaknya belajar menerapkan intelegensinya secara meningkat terus dalam rangka penjelajahan dan pengendalian daya dan kekuatan alam, sambil menambah pengetahuan dan kekuatannya sendiri. Sebagaimana dalam syairnya :

Intelek memerintah segala sesuatu yang terbuat

dari cahaya maupun dari tanah liat

Dan tiada yang tak terjangkau karunia Illah ini

Seluruh jagad tunduk merunduk pada keagungan yang abadi

Hanya hati yang berani menghadapi

setiap derap langkahnya yang tegap.[7]

Di samping itu Muhammad.Iqbal juga mengemukakan mengenai tujuan diselenggarakannya pendidikan Islam. Sebenarnya menurut dia pendidikan itu diawali dari adanya rasa ego. Ego akan mengalami proses evolusi dan selalu berjuang untuk mencapai kesempurnaan. Ego yang sempurna itulah menurut M.Iqbal disebut sebagai insan kamil dan inilah yang menjadi tujuan pendidikan. Adapun rincian dari tujuan penudidikan itu, di antaranya:

1. Pendidikan tidak semata-mata untuk mencapai kebahagiaan hidup di akherat dalam pengenalan jiwa dengan Tuhan.

2. Tujuan akhir dari pendidikan hendaknya dapat memperkokoh dan memperkuat individualitas dari semua pribadi, sehingga mereka dapat menyadari segala kemungkinan yang dapat saja menimpa mereka.[8]

3. Untuk mencapai tujuan tersebut pendidikan harus tertuju pada pengembangan keseluruhan potensi manusia yang mencangkup intelektual, fisik dan kemauan untuk maju. Dalam kaitanya dengan ini Muhammad Iqbal menjelaskan beberapa pemikiranya tentang kehendak kreatif. Hidup adalah kehendak kreatif yang oleh Muhammad Iqbal disebut dengan Soz.[9] Yaitu diri yang selalu bergerak kesatu arah. Aktivitas kreatif, perjuangan tanpa henti dan partisipasi aktif dalam permaslahan dunia harus menjadi tujuan hidup. Berkat kreativitas itulah manusia telah berhasil mengubah dan menggubah yang belum tergarap dan belum terselesaikan dan mengisinya dengan aturan dan keindahan.[10]

4. Tujuan pendidikan harus mampu memecahkan masalah-masalah baru dalam kondisi perorangan dan masyarakat atau menyesuaikan dengan kondisi masyarakat.

B. KURIKULUM

Kurikulum secara garis besar dapat diartikan dengan seperangkat materi pendidikan dan pengajaran yang diberikan kepada murid sesuai dengan tujuan pendidikan yang akan dicapai.[11]

Adapun isi kurikulum pendidikan menurut Muhammad Iqbal adalah:

a. Isi kurikulum pendidikan harus mencakup agama, sejarah, ilmu pengetahuan dan teknologi. Pada umumnya Muhammad Iqbal menggunakan kata “pengetahuan (knowledge) yang didasarkan pada panca indra. Pengetahuan dalam arti ini kepada manusia memberikan kekuasan yang harus ditempatkan di bawah agama. Muhammad Iqbal berpendapat bahwa agama adalah suatu kekuatan dari kepentingan besar dalam kehidupan individu juga masyarakat.[12] Apabila pengetahuan dalam arti ini tidak ditempatkan dibawah agama, ia akan menjelma menjadi kekuatan syetan. Pengertian dalam arti ini dipandang berfungsi sebagai langkah pertama dalam rangka mendapatkan pengetahuan yang sebenarnya.[13] Oleh karenanya kitab merupakan sarana dalam penyampaian ilmu pengetahuan.[14] Jadi menurut Muhammad Iqbal, antara agama dan ilmu pengetahuan harus berjalan secara selaras, karena agama mampu menyiapkan manusia modern untuk memikul tanggung jawab yang besar yang dimana ilmu pegetahuan juga pasti terlibat. Adanya pengkategorian ilmu pengetahuan dan agama menurut Iqbal adalah suatu tindakan yang kurang bijaksana. Sebagaimana tercantum didalam puisinya

Dunia timur berhasil menangkap suaraIllahi.

Tetapi gagal mencerap derap dunia

Barat kehilangan diri didunia kini

Melarikan diri dari seru Illahi

Menatap wajah Allah adalah Ibadah

Melirik diri sendiri tanpa sadar tanpa tabir

Ibarat mereguk hidup sepenuh.[15]

Maknanya Negara Islam berhasil dalam ilmu agama tetapi lemah dalam menyesuaikan dengan peradaban modern. Negara Barat telah maju dalam Ilmu pengetahuan dan tekhnologi tetapi lemah dalam pendidikan keagamaanya. Mendalami agama memang merupakan Ibadah akan tetapi perlu juga memandang kekurangan diri untuk maju menyesuaikan dengan perubahan lingkungan yaitu dengan Ilmu pengetahuan.

Oleh karena itu jika ilmu pengetahuan dan agama bisa berjalan selaras dengan saling mengisi dan melengkapi, maka modernitas kehidupan manusia semakin maju, akan semakin sejahtera, mengingat lingkungan manusia terus berubah dan maju. Berkenaan dengan sejarah, Muhammad Iqbal memberikan pengertian sejarah adalah sejenis gramafon besar yang di dalamnya suatu bangsa-bangsa disimpan.[16] Lebih jelasnya divinisi Muhammad Iqbal tersebut dapat dipahami bahwa sejarah adalah rekaman masa lalu dari kehidupan masyarakat. Secara umum sejarah mengandung manfaat yang sangat besar bagi kehidupan umat manusia. Karena sejarah mengandung kekuatan yang dapat menimbulkan dinamisme dan melahirkan nilai-nilai baru bagi pertumbuhan serta perkembangan kehidupan umat manusia.[17]Dengan sejarah seseorang lebih cermat dalam mengadakan tilikan terhadap sesuatu, lebih terampil dalam bertindak karena mengetahui harus bagaimana dalam bertindak dan memberikan arah bagi perjalanan bangsa dimasa sekarang dan masa yang akan datang.

b. Isi kurikulum pendidikan juga harus mencakup pembentukankepribadian atau watak. Pendidikan watak menurut Muhammad Iqbal merupakan factor yang penting dalam pendidikan. Untuk mengembangkan watak, menurut Muhammad Iqbal pendidikan hendaknya memupuk tiga sifat yang merupakan unsure-unsur utama dari pendidikan itu sendiri, yakni:

1) Keberanian, Keberanian merupakan salah satu komponen yang penting dalam pelaksanaan pendidikan. Pendidikan diharapkan akan dapat mengikis berbagai pengaruh yang cenderung menimbulkan rasa dan sikap takut kepada pendidik. Karena dengan keberanian akan dapat mengembangkan cara berfikir yang kreatif. Keberanian dapat dipupuk dan dijadikan sebagi salah satu pertanda dari watak dengan jalan menjadikan tauhid sebagai prinsip kerja yang melandasi segala tingkah laku kita. Tauhid berarti menyerahkan segala kehendak dan maksud kita kepada kodrat Illahi. Tauhid yang diterapkan dan dipraktikan dalam kehidupan seharihari merupakan obat untuk menyembuhkan ras takut, sifat pengecut dan putus asa. Toleransi Jadi pendidikan harus diarahkan untuk menghargai invidualitas orang lain. Muhammad Iqbal berpandangan bahwa toleransi adalah sebagai landasan peri kemanusiaan yang sesungguhnya serta semangat keagamaan yang sejati.

2) Faqir Menurut Muhammad Iqbal faqir ini merupakan sebuah sikap yang membebaskan, tidak terikat serta mampu mengatasi hasrat untuk memiliki materi secara berlebihan.[18]

C. METODE PENDIDIKAN

Dalam pengertian leterlijk, kata “metode” berasal dari bahasa Greek yang terdiri dari “meta” yang berarti” melalui “ dan “hodos” yang berarti” jalan yang dilalui”[19] Metode pendidikan didasarkan pada tingkat usia anak didik berdasarkan pertimbangan periode perkembangan anak didik, Nabi mengemukakan cara mendidik yang baik. Beliau menyatakan didiklah anak-anakmu dengan cara bermain-main pada usia tujuh pertama dan tananamkanlah disiplin kepada mereka pada tujuh tahun berikutnya kemudian ajaklah mereka berdiskusi saat mereka mencapai periode usia tujuh tahun yang ketiga dan selanjutnya barulah mereka dapat di lepaskan untuk menentukan sikap hidupnya secara mandiri. Adapun metode pendidikan yang sesuai menurut Muhammad Iqbal adalah :

1. Self activity: metode yang terbuka bebas bagi keaktifan sendiri. Metode ini di gunakan untuk mencari potensi diri atau mengembangkan potensi diri peserta didik dengan kebebasan mengembangkan kreativitas sesuai dengan yang di kehendaki.

2. Learning by doing. Jenis pengajaran yang di kehendakinya adalah menghadapkan siswa pada situasi baru yang mengundang mereka untuk bekerja dengan penuh kesdaran akan tujuan yang di galinya dari sumber yang tersedia dalam lingkungan mereka.[20] Metode ini sesuai dengan dengan ungkapan Muhammad iqbal sebagai berikut :

Membangkitkan metode pengamatan dan eksperimen. Ini bukan semata-mata teoritis.[21]

Maksud dari pernyataan diatas adalah bahwa metode eksperimen sangat di butuhkan dalam pengembangan ilmu pengetahuan, sedangkan pengetahuan tidak hanya sekeder bersifat teoritis saja akan tetapi perlu pembuktian dan aktualisasi.

3. Tanya jawab: menurut muhamamad iqbal pendidikan harus mampu untuk mencetak pribadi yang kritis, yaitu terus bertanya dan tidak begitu saja menerima pandangan atas dasar kepercayaan belaka. Sebagaimana yang tercamtum dalam salah satu puisi Muhammad iqbal di bawah ini:

Akankah kau anggukkan saja kepala

pada kicauan, burung bayan budiman?

Janganlah kau begitu saja percaya

Coba belajar barang sedikit meragu![22]

(Payam-I masriq)

4. Metode proyek atau unit adalah cara penyajian pelajaran yang bertitik tolak dari sesuatu masalah, kemudian di bahas dari segi yang berhubungan sehingga pemecahannya secara keseluruhan dan bermakna. Penggunaan metode ini bertitik tolak dari anggapan bahwa pemecahan masalah harus ditinjau dari berbagai macam segi agar tuntas dalam melibatkan mata pelajaran yang ada kaitannya sebagai sumber dari pemecahan masalah tersebut. Metode

pengajaran seperti metode proyek, sepanjang bertopang pada kegiatan yang tertuju kepada sasaran, lebih besar kemungkannaya untuk mengembangkan sikap intelektual yang tepat daripada metode tradisional yang lebih mengutakan ingatan serta cara belajar yang pasif.

5. Metode pemecahan masalah atau problem solving : bukan hanya sekedar metode berfikir sebab dalam problem solving dapat menggunakan metode-metode lainya yang di mulai dengan mencari data sampai kepada menarik kesimpulan. Sebagaimana yang di ungkapkan Muhammad iqbal berikut:

Hakikat hidup menurut penampilannya sendiri; dan wujud

seperti manusia, yang harus mempertahankan hidupnya dalam

suatu lingkungan yang merintangi, tidak mungkin bisa mengabaikan

hal-hal yang kasat mata.[23]

Ungkapan tersebut menjelaskan bahwa untuk dapat mempertahankan hidup maka perlu berusaha memecahkan masalah yang selalu hadir dan merintangi dengan cara mencari akar permasalahannya dan berusaha mencari permasalahannya dan berusaha mencari

pemecahannya, solusi hingga menarik kesimpulan.

D. PERANAN PESERTA DIDIK.

Peserta didik bebas mengembangkan bakat dan kepribadianya. Dilihat dari kedudukannya, peserta didik adalah mahluk yang sedang berada dalam proses perkembangan menurut fitrahnya masing-masing. Mereka memerlukan bimbingan dan pengarahan yang konsisten menuju kearah titik optimal kemampuan fitrahnya. Pemikiran Muhammad Iqbal tentang pendidikan khususnya pada peranan peserta didik adalah berpangkal pada kebebasan manusia. Manusia merupakan ego yang memiliki kebebasan untuk menentukan pilihan sendiri dengan segala konsekuensinya. Dengan kebebasannya itu, peserta didik memungkinkan untuk diarahkan agar memiliki kreativitas berfikir tinggi sehingga dapat memunculkan inovasi-inovasi baru yang dapat dipergunakan untuk menjawab berbagai tantangan dimasa sekarang dan akan datang yangmerupakan dampak negatif dari globalisasi dan industrialisasi. Muhammad Iqbal sepenuhnya meyakini besarnya nilai kebudayaan suatu masyarakat terhadap pendidikan serta terhadap hak pengembangan idividu.[24]Muhammad Iqbal mengharap agar sekolah dapat membina dan mengembangkan pribadipribadi yang bebas, berani dan kreatif..

Bila dikekang ketat dan diperbudak.

Hidup itu menciut mengerdil

Bagaikan selokan kecil

Bila dilepas bebas ia meriak menggejolak

Bagaikan dahsyat sanudra luas (Payam-I Masyriq)[25]

Muhammad Iqbal berpendapat bahwa semua organisme hidup berjuang untuk mencapai

tingkatan individualitas yang lebih kompleks dan sempurna. Arti kebebasan mengandung arti yang besar. Kebebasan terkadang mengandung arti selainmemilih sesuatu yang baik juga bebas untuk nenentukan pilihan yang jahat. Namun yangdimaksud kebebasan disini adalah tugas manusia untuk melaksanakan dan mewujudkan kepercayaan-Nya itu dengan jalan memanfaatkan karunia berupa kebebasan tersebut secara bijaksana dan konstruktif.

E. PERANAN PENDIDIK.

Pendidik dalam menggali dan mengembangkan konsep pendidikannya akan harus mengkaji dan meneliti hakikat individualitas dan lingkungan. Muhammad Iqbal berpendapat bahwa tumbuh kembangnya individualitas tidak mungkin terjadi tanpa kontak langsung dengan lingkungan yang konkrit dan dinamis.Sikap pendidik yang baik menurut Muhammad Iqbal adalah dengan jalan membangkitkan kesadaran yang sungguh pada anak didiknya berkenaan dengan aneka ragam relasi dengan lingkungannya dan dengan jalan demikian merangsang pembentukan sasaran-sasaran baru secara kreatif .

Muhammad Iqbal kurang menyetujuipendidikan sistem kelas, maksudnya guru yang mengurung siswanya diantara keempat dinding kelasnya. Hal ini dikarenakan bahwa anak perlu berhubungan dengan alam dalam setiap proses belajarnya, yaitu untuk menumbuhkan sikap keingintahuan serta untuk menumbuhkan kreativitasnya.

Apakah gerangan guru itu itu?

Guru bagaikan Pembina jiwa insani!

O, betapa tepat ucap failasuf Qaani

dalam mengulas cara membimbing siswa

􀀃􀂳Bila kau inginkan tamanmu bermandikan cahaya

Jangan kau bentangkan benteng pembendung

Pancaran surya.[26]


BAB III

RELEVANSI PEMIKIRAN MUHAMMAD IQBAL DI INDONESIA

1. TUJUAN PENDIDIKAN.

Setelah kita menelaah dari hasil pemikiran Muhammad.Iqbal mengenai tujuan pendidikan, maka kita dapat mengambil kesimpulan. Bahwa pendidikan itu di mana-mana diharapkan dapat membentuk pribadi manusia-peserta didik-yang tangguh dan kuat serta menjadi insan kamil. Disamping itu pendidikan itu dapat membekali pada peserta didik agar mempunyai pondasi yang kuat dalam pemikiran. Harapannya agar mereka dapat memecahkan persoalan yang akan dihadapinya. Dengan demikian tujuan yang dikemukakan oleh M.Iqbal itu masih relevan atau berlaku untuk zaman sekarang. Dalam pelaksanaannya diserahkan kepada pendidik karena dia yang akan bertanggung jawab didalam proses pembelajaran.

2. KURIKULUM.

Analisis terhadap masalah kurikulum dari pemikiran Muhammad Iqbal yaitu, pada dasarnya apa yang telah dipaparkan oleh Muhammad Iqbal secara idealnya sangat relevan dengan rancangan kurikulum pendidikan pada zaman sekarang. Akan tetapi problemnya sekarang adalah kurikulum tidak bisa tertuang secara baik dalam pelaksanannya secara realistis sesuai yang diharapkan. Jadi aspek-aspek isi kurikulum yang meliputi agama, ilmu pengetahuan, sejarah serta teknologi tidak bisa berkembang secara bersamaan dan secara linier. Tentu saja ada kendala yang menghambat pelaksanaan implementasi kurikulum tersebut dilapangan dalam upaya pengembangannya. Disini faktor yang paling berpengaruh terhadap sukses tidaknya pelaksanaan kurikulum tersebut dalampendidikan adalah tenaga pendidik, dimana pendidik secara nyata kurang bisa memahami isi kurikulum dan apa yang sesungguhnya diingin secara idealnya, ia kurang bisa menyatu dengan kurikulum. Mereka hanya sekedar menjadi tenaga teknisi saja, tanpa punya inisiatif untuk berbuat secara kreatif dalam upaya mewujudkan tujuan pendidikan sesuai tuntutan yang telah tertuang didalam isi kurukulum. Sesungguhnya konsep kurikulum yang telah dipaparkan oleh Muhammad Iqbal sudah menyangkup seluruh aspek yang dibutuhkan oleh manusia guna menghadapi segala tantangan dan tuntutan kehidupan dimasa depan. Maka bisadikatan tujuan pendidikan lewat cermin konsep isi kurikulum pendidikan yang dipaparkan oleh Muhammad Iqbal dapat dijadikan sebagai referensi dalam membangun tujuan hidup umat manusia yang beagama, berilmu, berbudaya dan berwawasan global.

3. METODE PENDIDIKAN.

Metode pendidikan yang dikembangkan oleh Muhammad iqbal ini bila di kaitkan denganpendidikan pada masa sekarang baik yang sifatnya formal maupun non formal sangat revelan.Adapun metode pendidikan pemikiran iqbal yang sangat relevan dengan masa sekarang yaitu metode Tanya jawab hal ini sangat penting sekali bila di terapkan dalam proses pembelajaran. Sehingga akan dapat mencetak peserta didik berjiwa kritis percaya diri dan menjadikan mental pribadi peserta didik kuat dan tidak penakut mereka menjadi terbiasa memberikan argument dan mengkritisi mana yang betul dan yang salah.

4. PERANAN PESERTA DIDIK.

Konsep peserta didik yang dikembangkan dalam dunia pendidikan di Indonesia semakin kedepan semakin mengalami perubahan dan mengalami inovasi yang berulang-ulang, yang disesuikan denganiklim akademik pendidikan yang sedang terjadi secara aktual. Ketika iklim akademik yang sedang berkembang pada akhir-akhir ini, banyaknya problem mengenai ketidak kreatifan peserta didik dalam pembelajaran dan kepasifan peserta didik dalam tatap muka pengajaran dikelas, yang menyebabkan tidak tercapainya ranah kognitif, afektif dan psikomotorik secara seimbang dan sempurna, maka lembaga pendidikan mencoba menggunakan sistem akademik pendidikan yang dikemas dalam bentuk kurikulum KBK yang dalam proses pelaksanaan pembelajarannya berpusat pada peserta didik atau yang dikenal dengan (student centre). Dimana kurikulum tersebut menekankan pada keaktifan dan kreativitas peserta didik dalam proses belajar-mengajarnya dan guru menjadi fasilitator yang hanya mengarahkan saja. Dalam hal ini ternyata konsep peranan peserta didik yang sedang dikembangkan dalam sistem pendidikan sekarang ini sangat relevan dengan apa yang telah di paparkan oleh Muhammad Iqbal, yakni pendidikan yang berpangkal pada kebebasan manusia, yang dengan kebebasan tersebut kemungkinan peserta didik diarahkan agar memiliki kreatifitas dalam berfikir sehinggadapat melakukan sebuah inovasi-inovasi pendidikan serta dapat menjawab tantangan zaman, baik sekarang maupun akan yang akan datang.

5. PERANAN PENDIDIK.

Kebanyakan guru saat ini terjebak dalam paradigma kuno yang menganggap pembelajaran hanyalah dikelas, dengan menekankan pada penyampaian materi sesuai dengan kurikulum yang berlaku. Siswa dianggap sebagai anak yang perlu banyak diberikan penjelasan untuk tahu, sehingga pembelajaran berpusat pada guru atau kurikulum. Disini Muhammad Iqbal mencoba mengkritisi terhadap sikap pendidik yang seperti itu menurutnya tumbuh kembangnya individualitas tidak mungkin terjadi tanpa kontak langsung dengan lingkungan yang konkrit dan dinamis. Kalau diterjemahkan dengan bahasa pendidikan sekarang adalah bahwa pendidik tidak boleh hanya memperhatikan aspek kognitif nya saja, tetapi juga perlu dikembangkan aspek afektif dan psikomotoriknya, peserta didik perlu ditumbuhkan sifat keingintahuanya dan harus memiliki daya kreativitas. Pembelajaran tidak hanya ceramah dikelas saja, tetapi juga bisa dilakukan di alam terbuka dengan peserta didik sebagai subjek utamanya. sehingga pendidik dapat membangkitkanke sadaran yang sungguh pada anak didiknya berkenaan dengan aneka ragam relasi dengan lingkungannya dan dengan jalan demikian merangsang pembentukan sasaran-sasaran baru secara kreatif .


BAB 1V

PENUTUP

Pendidikan senantiasa selalu berkembang dan berpengaruh dalam kehidupan social masyarakat. Dari hal itu maka tidak dapat dipungkiri bila dalam pendidikan selalu muncul sebuah problematika yang sangat actual berkembang didalamnya. Semua problematika yang muncul sangat dipengaruhi oleh beragam factor yang terkait didalamnya. Yakni, factor pendidik, factor peserta didik, factor kurikulum dan factor lingkungan. Berbagai factor tersebut tersebut tidak pernah lepas dari yang namanya problem-problem pendidikan. Oleh karena itu para tokohtokoh pendidikan dalam menyumbangkan karya pemikirannya dalam mencari solusi dari problematika pendidikan, tidak lupa menyoroti dan menganalisis berbagai factor tersebut. Para tokoh tersebut selalu membuat paradigma baru yang mendasari perubahan-perubahan dalam bidang pendidikan secara ideal sesuai yang diinginkan. Dalam hal ini Muhammad Iqbal sudah memberikan sumbangan yang sangat besar dalam sebuah karya pemikirannya mengenai konsep paradigma pendidikan dan dapat dijadikan salah satu sumber referensi dalam upaya merekonstruksi pendidikan. Konsep peranan pendidik, peserta didik, kurikulum dan lingkungan yang dibangun oleh Muhammad Iqbal sangat sesuai dengan yang diharapkan oleh pendidikkan pada zaman sekarang secara ideal. Hanya saja secara realitanya belum bisa berkembang secara seimbang, karena ada kegagalan system pendidikan yang mengatur koneksifitas pendidikan. Jadi dalam system pendidikanlah yang mengawali sukses tidaknya produktifits pendidikan, dalam outputnya. Jika system tersebut terkonsep dalam kurikulum, maka kurikulumlah yang perlu dibenahi. Bagaimana kurikulum tersebut terancang sesuai dengan kondisi pendidik, peeserta didik dan lingkungan. Yang pada akhirnya dapat mewujutkan tujuan pendidikan sesuai yang diharapkan. Kaitannya dengan hal tersebut, kurikulum yang dipaparkan oleh Muhammad Iqbal sangat relevan jika dipraktekan dalam system pendidikan zaman sekarang, karena poin poin yang masikan dalam kurikulumnya sudah menyangkut segala aspek kehidupan dan dapat mempersiapkan output pendidikan yang mampu menghadapi segala problematika dalam masyarakat, serta mengawali sebuah perubahan yang lebih baik dalam pendidikan. Sekian analisia dan pemaparan kami tentang konsep problematika dan rancangan konsep pendidikan darikarya pemikiran Muhammad Iqbal. Semoga dapat bermanfaat bagi kita semua, meskipun masih terdapat kesalahan dan kurang sempurnanya data yang dipaparkan.


DAFTAR PUSTAKA

Adian, Donny Gahral, Muhammad Iqbal, Bandung: Teraju, 2003.

Ali. H. M., “ Alam Pemikiran Islam di India dan Paskistan”, Bandung :Mizan, 1993.

Asef Umar Fakhruddin, “ Konsep Pendidikan Dalam Buku Javid Namah Karya Muhammad Iqbal dan Implikasinya Dengan Pendidikan Agama Islam (Pendekatan Hermeneutika)”, Skripsi, Fakultas Tarbiyah UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2007.

Danusiri, Epistemologi dalam Tasawuf Iqbal, Yogyakarta: Pustaka Pelajar,1996.

Harun Nasution, “Pembaharuan dalam Islam􀂴, Jakarta : Bulan bintang, 1987,

Iqbal, Muhammad, Rekonstruksi Pemikiran Agama dalam Islam, Yogyakarta:Lazuardi, 2002.

Jalaluddin dan Umar Said, Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: Raja Grafindo,1994.

Khan, Asif Iqbal, Agama, Filsafat, Seni dalam Pemikiran Iqbal, Yogyakarta: Fajar Pustaka, 2002.

K.G. Saiyidain, Iqbal􀂶s Educational Philosophy, Penerjemah : M.I.

Soelaeman, Bandung: CV. Diponegoro, 1981.

Miss Luce & Claude Maitre, Introduction ala pense d`iqbal. (Pengantar ke Pemikiran Iqbal) diterjemahkan oleh :Djohan Effendi, Jakarta : Pustaka Kencana,1981.

Muhammad Iqbal, The Development of Metaphysic in Persia: A Contribution in the History of Muslim Philosophy, Penerjemah : Joebaar Ayoeb Bandung: Mizan, 1990.

__________, The Achievement of love (Metode Sufi Meraih Cinta Illahi), diterjemahkan oleh Tim Inisiasi Press, Jakarta : Innisiasi Press,2002.

_________ , Rekonstruksi Pemikiran AgamaDalam Islam. Diterjemahkan oleh : Didik Khomaidi, Yogyakarta : Lazuardi, 2002.

Nasution, Hasyimsyah, Filsafat Islam, Jakarta: Gaya Media Pratama, 1999.

Zuhraini, dkk., Sejarah Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara, 2000.



[1] MuhammadIqbal., “Rekonstruksi Pemikran Islam”, (Kalam Mulia, 1994) hal. 1

[2] Donny Gahral Adian, Muhammad Iqbal, (Bandung: Teraju), hal. 23

[3] Harun Nasution, “Pembaharuan dalam Islam”, (Jakarta : Bulan bintang,, 1987, Cet. Ke 05), hal. 191

[4] HasyimsyahNasution, Filsafat Islam, (Jakarta: Gaya Media Pratama), hal.182

[5] AsefUmar Fakhruddin, “ Konsep Pendidikan Dalam Buku Javid Namah Karya Muhammad Iqbal dan Implikasinya Dengan Pendidikan Agama Islam (Pendekatan Hermeneutika)”, Skripsi, Fakultas Tarbiyah UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta,2007, hal.41

[6] K.G. Sayyidan, Iqbal`s Educational Philosolhy…, hal.120

[7] Ibid, hal. 122-123

[8] K.G Saiyidan, Iqbal`s Educational Philosophy, hal. 90

[9] Donny Gahral Adian, Muhammad Iqbal, (Bandung: Teraju), hal. 83

[10] K.G Saiyidan, Iqbal`s Educational Philosophy, hal. 120.

[11] Jalaluddin dan Umar Said, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Raja Grafindo, 1994), hal 43.

[12] Miss Luce dan Claude Maitre, Introduction ala pense d`iqbal. (Pengantar ke Pemikiran Iqbal) diterjemahkan oleh Djohan Effendi. (Jakarta : Pustaka Kencana,1981), hal.18

[13] K.G. Saiyidain, Iqbal􀂶sEducational Philosophy, hal.109

[14] Muhammad Iqbal. The Achievement of love (Metode Sufi Meraih Cinta Illahi), /diterjemahkan oleh Tim Inisiasi Press. (Jakarta : Innisiasi Press, 2002), hal. 83

[15] K. G Saiyidan, Iqbal`s Educational Philosophy, hal. 112

[16] Danusiri, Epistemologi dalam Tasawuf Iqbal, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1996), hal. 49.

[17] Zuhraini dkk, Sejarah Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 2000), hal. 5.

[18] K.G Saiyidan, Iqbal`s Educational Philosophy, hal. 135

[19] H.M. Arifin. Filsafat Pendidikan Islam. (Jakarta : Bumi Aksara, 1991), hal. 97

[20] K.G Saiyidan, Iqbal`s Educational Philosophy, hal. 47

[21] Muhammad Iqbal. Rekonstruksi Pemikiran AgamaDalam Islam. Diterjemahkan oleh Didik Khomaidi. (Yogyakarta : Lazuardi. 2002), hal. 183

[22] Ibid.., hal. 48

[23] 23 Ibid .., hal. 23

[24] K.G Saiyidan, Iqbal`s Educational Philosophy, hal. 35

[25] Ibid., hal.41

[26] K.G Saiyidan, Iqbal`s Educational Philosophy, hal. 56